Saking menjamurnya sebagai tren, di konser musik folk pun yang melakukan violence dance juga ada. Emang boleh?
Fenomena menjamurnya musisi yang memainkan genre ini cukup membawa kabar baik bagi saya di tengah hiruk pikuk industri musik yang hampir seluruhnya mengeluarkan lagu yang serupa. Hardcore punk masih tetap memberi warna tersendiri untuk saya, semangat pemberontakan yang muncul dalam lirik-lirik lagu, karya musisi-musisi hardcore punk ini seakan membuat denyut jantung saya berdebar dua kali lipat dari biasanya. Musik keras dan keagresifannya, serta tidak lupa tarian violence dance yang selalu menghiasi tiap gigs dari event musisi hardcore punk yang diadakan.
Lahir Dari Kejenuhan Akan Industri Musik Mainstream
Hardcore punk adalah genre punk rock serta subkultur yang lahir pada akhir dekade 1970-an. Hardcore punk lebih cepat, lebih keras, dan lebih agresif daripada bentuk punk rock lainnya. Asal usulnya dapat dilacak hingga skena punk terdahulu di San Francisco dan California Selatan yang muncul sebagai tanggapan terhadap kebudayaan hippie yang masih dominan kala itu. Hardcore punk juga terinspirasi dari punk rock New York dan proto-punk.
Suara punk New York lebih keras daripada saudaranya di San Francisco, menampilkan ekspresi anti-seni dari kemarahan, energi, dan humor subversif yang jantan. Hardcore punk juga menolak komersialisme, kemajuan industri musik, serta “apa pun yang menyerupai rock arus utama” dan sering membahas topik sosial dan politik dengan “lirik konfrontatif dan bermuatan politis.”
Komunitas Yang Solid
Saya melihat komunitas musisi hardcore ini sebagai salah satu komunitas yang solid, Salah satu hal yang membedakan skena musik ini dengan skena musik lainnya adalah hubungan emosional yang terjalin antara band dan penggemar. Konser hardcore yang diadakan tentu saja memberikan pengalaman yang sangat intim dan intens, di mana penggemar seringkali terlibat secara langsung dengan band di atas panggung. Circle pit, stage diving, dan crowd surfing adalah beberapa aktivitas yang sering terjadi di konser hardcore, menciptakan ikatan yang kuat antara musisi dan penggemar.
Tentu saja ini merupakan suatu hal yang positif , dimana para penggemar bisa merasa lebih dekat dengan musisi yang mereka suka tanpa ada sekat yang membatasi interaksi mereka, bagi musisi sendiri ini merupakan hal baik, karena mereka memiliki basis penggemar yang loyal, yang tentu saja akan setia menghadiri event yang mereka buat, dan secara sukarela membayar tiket bahkan sampai membeli merch asli dari musisi tersebut, secara tidak langsung komunitas yang seperti ini tetap bisa survive tanpa harus memikirkan keinginan industry yang ada.
Perkembangan Yang Amat Pesat
Tentu saja berkembangnya arus skena hardcore punk yang sangat masif ini memberi hal yang positif untuk kita yang menyukai genre musik ini. Saya mengamati bahwasanya hardcore punk ini menjadi salah satu genre yang paling pesat penyebarannya di banyak tempat. Tidak bisa dipungkiri media sosial menjadi salah satu aktor penting di balik pesatnya perkembangan genre musik yang satu ini. Banyak orang terutama anak muda yang mulai jenuh dengan industri musik mainstream seperti menemukan sebuah pelarian, hardcore punk menawarkan sebuah bentuk perlawanan terhadap sistem yang mengikat.
Hardcore punk muncul dengan lirik kritis dan tajam menawarkan kebebasan dan ruang aman kepada pendengarnya. Mereka yang tidak punya pelarian dari masalah hidup bisa melepaskan amarah mereka di sini tanpa ada yang akan tersinggung, hardcore punk selain kritis juga bersahabat kepada kaum-kaum yang merasa terkekang hidupnya.
meskipun begitu saya sendiri menyayangkan masih banyaknya orang yang salah mengartikan tren musik ini khususnya anak muda yang baru mengenal genre musik hardcore punk, kebanyakan dari mereka hanya berfokus pada eksposur, mereka berlomba merekam tarian two step, dan mengunggahnya di media sosial seolah-olah semua itu hanya gimik dan senang-senang belaka. Sebenarnya itu sah-sah saja, tidak ada yang melarang, toh semua bebas berekspresi di media sosial, hanya saja ini akan jadi masalah saat orang-orang ini hanya melihat hardcore punk hanya sebatas tarian dan kekerasan.
Moshing: Bukan Sekedar Tarian Kekerasan
Mungkin kalian pernah menemukan beberapa anak skena hardcore yang ikut meramaikan sebuah festival musik, mereka biasanya datang bersama-sama dengan kelompok mereka, lengkap dengan style ala hardcore yang tren saat ini.
Tentu saja kita jika menghadiri sebuah festival musik akan menemukan banyak orang dengan tujuan yang berbeda saat datang konser, ada yang hanya sekedar ingin nonton, ada juga yang sebatas ingin menikmati akhir pekan atau berlibur, intinya menjadikan konser sebagai media refreshing, semua tujuan itu menjadi hancur dengan datangnya orang-orang dengan tarian memukul dan menendang secara acak oleh mereka yang menganggap hardcore punk hanya tren.
Bagaimana tidak, fenomena ini banyak sekali kita temui akhir-akhir ini, bahkan yang menjadi lebih tidak masuk akal lagi, mereka melakukan itu di konser musik yang band penampilnya sendiri membawakan lagu pop/rock, bahkan ada juga yang moshing di acara musik folk.
Bayangkan jika pukulan atau tendangan mengenai anak kecil atau orang tua yang hanya ingin menikmati konser tersebut. Saya sendiri pernah mengalami hal itu secara langsung saat saya menonton suatu konser band pop, bersebelahan dengan anak-anak yang menyebut diri mereka anak skena hardcore ini, mereka mengacau dengan violence dance, yang membuat saya hanya menahan gelak tawa melihat ketidakpahaman mereka terhadap ideologi musik hardcore punk itu sendiri.
Saya bisa memaklumi jika hal ini terjadi di event gigs hardcore sendiri, namun apa jadinya jika kita melakukan suatu kebiasaan ekstrem yang seharusnya dilakukan bersama kelompok yang juga menyukai itu, kita bawa kepada orang awam?, tentu saja membuat orang lain terganggu dan risih, bahkan terluka, di satu sisi ini berdampak buruk pada skena musik hardcore itu sendiri karena masyarakat awam akan menganggap negatif genre musik satu ini hanya karena segelintir orang yang tidak paham esensi genre yang mereka gemari sendiri.
Hardcore Punk: Lebih Dari Sekedar Tren
Musik ini pada dasarnya lahir atas dasar kejenuhan, dimana musik punk sudah banyak di komersilkan, sebuah artikel dalam “Drowned In Sound” yang berpendapat bahwa “hardcore adalah semangat punk sejati era 1980-an”. Hardcore telah disebut sebagai genre yang ekstrim dan lebih cepat dari punk awal, serta merupakan bantahan dari musik punk rock yang telah menjadi komersil, menggambarkan “Pemberontakan melawan Pemberontakan”, menurut seorang penulis, “ saat punk rock terpengaruh oleh nilai seni melalui post punk dan new wave, hardcore memperkuat jadi diri musik yang sesungguhnya, hardcore tetap menjadi eksklusif dalam komunitas.
Kita bisa mendengar lirik-lirik lagu hardcore punk yang kebanyakan berisi sentiment anti-kemapanan, anti militerisme, anti otoriter, anti-kekerasan dan pro lingkungan. Hardcore punk bukan hanya sebagai musik yang negatif dengan lirik yang penuh makian, namun genre ini menawarkan suatu kebebasan berekspresi, dimana kita bisa menuangkan amarah kita tanpa khawatir melukai orang disekitar kita.
Namun yang amat disayangkan dengan hadirnya para manusia fomo di skena ini, musik hardcore punk kini mulai berubah sejak masuknya orang-orang kedalam skena hanya mencari exposure dan traffic. Hadirnya orang-orang ini hanya akan merusak ekosistem skena ini secara tidak langsung. Perlu digaris bawahi bahwa ekosistem musik bukanlah sebuah lelucon.
Maka dari itu perlu adanya edukasi bagi kita yang baru mengenal genre musik satu ini, bagus ketika orang-orang tadi sudah mengenal lebih jauh soal hardcore punk, namun bagaimana jika tidak? Mereka yang membuat skena ini jadi dicap negatif oleh masyarakat awam, sangat disayangkan jika seseorang menganggap genre ini hanya sebatas musik, moshing dan style saja, ada banyak hal yang akan kamu lewati dari skena musik yang satu ini.
Saya yakin bahwa semua genre musik lahir dan memiliki cerita dan akar sejarahnya tersendiri, begitu pula hardcore punk. Maka ada baiknya sebelum kita mulai menyelami sebuah tren, kita belajar terlebih dahulu soal kultur dan pesan yang ingin disampaikan oleh pelaku seni di genre ini, agar kita tidak menjadi bodoh dan merusak ideologi genre musik yang sudah ada, akhir kata saya tutup dengan kalimat “Perlawanan yang buruk adalah perlawanan yang dilakukan tanpa mengetahui siapa lawannya”.
3 pemikiran pada “Hardcore Punk: Not Just a Trend For Being Cool”