Proyek solo punk akustik yang satu ini cukup unik. Karya-karya yang ia luncurkan diproduksi hanya dengan gawai miliknya yang biasa ia gunakan Whatsapp-an juga.
Berawal dari kegabutan di studio tattoo dan sablon miliknya, ia iseng-iseng membuat album dengan bermodal gitar akustik dan harmonika tercipta lima lagu yang terangkum dalam mini album “Dua Sisi Naluri Liar”. Dengan identitas sebagai “Zona Hitam”, Fariz Akbar Firdaus asal Bangil, Kabupaten Pasuruan, adalah seseorang dibalik proyek musik dengan konsep do it yourself (D.I.Y) ini.
Untuk diketahui, D.I.Y merupakan filosofi yang berkembang di dalam subkultur punk-anarkisme. D.I.Y menitiberatkan kepada konsep menjalankan hidup secara mandiri tanpa bergantung pada otoritas lain (pemerintah misalnya).
Dalam hal ini, Zona Hitam benar-benar menjalankannya D.I.Y sepenuhnya. Dimulai sejak pertengahan tahun 2021 hingga di tahun 2022 ini, Fariz Akbar Firdaus menyicil berkarya menciptakan lagu demi lagu. Seluruh materinya direkam menggunakan gawai dan meramu musik dengan menggunakan aplikasi edit video yang ia unduh dari Playstore.
“mengolah sound lagu hanya saya susun di aplikasi edit video saja terus saya convert jadi mp3,” ucap lelaki yang dikenal dengan sebutan Ndas itu.
Dalam proses rekaman, Fariz mencuri-curi waktu menunggu tempat kerja (kios) para tetangganya tutup serta mempercepat proses bernyanyi sambil memainkan gitar saat malam hari.
“Karena takut mengganggu tetangga yang lain sedang istirahat hahaha.. tetapi persetanlah apa boleh buat memang itu yang ingin saya lakukan untuk memanfaatkan waktu,” imbuhnya.
Berkarya Sebagai Ekspresi Kebebasan
Tidak ada kebebasan mutlak jika kita hidup bermasyarakat. Barangkali satu-satunya tempat paling bebas adalah berkarya melalui seni. Itu adalah pemicu Fariz dalam berkarya. Karena ia sadar, bahwa kebebasan haruslah diwujudkan dan disalurkan.
Makna ini tertuang dalam tajuk album “Dua Sisi Naluri Liar”. Yang artinya menurut Fariz, setiap orang pasti memiliki naluri keliaran.
“Ada naluri liar terkadang terpaksa terpenjara karena ada sesuatu hal yang perlu saya pertimbangkan dan kedua, naluri liar saya yang tetap terjaga secara alami, berkat keberanian saya merawatnya. Jika keduanya telah keluar bersama menjadi naluri liar tunggal, maka akan terjadi naluri liar tanpa batas,” kata pria pecinta kucing ini.
Terkait nama Zona Hitam yang dijadikan identitasnya, dijelaskan oleh Fariz bahwa makna filosofinya tidak jauh dari tajuk album yang berbicara tentang naluri liar. Untuk menyelami lebih lanjut ada baiknya pembaca mendengarkan langsung lagu-lagunya. Di sini tidak dijelaskan, silakan dengarkan lagunya lalu tafsirkan sendiri.
“Zona Hitam yang saya gunakan ini, saya maknai tentang area kebebasan yang mempunyai sisi misterius yang kapanpun bisa bersikap damai, menyerang dan muncul untuk menerkam secara spontanitas,” katanya.
“Selamat menikmati karya liar ini untuk kalian semua para pecandu hidup, persetan pada yang perlu di persetani, keliaran perlu kebijaksanaan, cheerrsss….!!,” pungkasnya.
lagu-lagunya dapat kamu dengarkan di sini:
https://www.bandlab.com/zona_hitam/albums/219f1bff-7bff-ec11-b47a-501ac5bd13cd


