Brilly merespon isu yang beredar tentang dirinya dan band Rascalkids yang dianggap melakukan pelecehan verbal dan rasisme genre. Berikut pernyataan lengkapnya.
Menanggapi isu yang beredar, terkait kontroversi orasi saya di atas panggung, berikut akan saya
sampaikan beberapa hal:
1. Hari Sabtu (20 Juli 2024), saya dan band “RASCALKIDS” perform di salah satu acara, yang terdapat salah satu kelompok musik “Sindikat Akhir Pekan”, yang berikutnya menimbulkan kegaduhan di sosial media seperti yang diunggah oleh @musiklabss , @infokonsermusik , @localunionindonesia dan @fuss.media. Saya berorasi bahwa, “..tidak ada batasan dalam berkarya, kalian bebas melakukan hal apapun, dan bebas melakukan apapun sing penting gak nggawe grup karaoke set, motherfuckers…”
2. Menyoal term “karaoke set”, pada dasarnya karaoke berasal dari bahasa Jepang: kara yang diartikan kosong dan oke diartikan orchestra. Sehingga ditarik kesimpulan bahwa karaoke adalah sebuah musik orkestra yang kosong atau tidak dilengkapi dengan suara vokal, dan diisi dengan suara pokoknya sendiri (performer).
3. Terkait ucapan saya yang dikatakan menyinggung grup karaoke set seperti yang diunggah oleh @musiklabss , @infokonsermusik , @localunionindonesia dan @fuss.media. saya ingin menyampaikan bahwa itu opini pribadi atas dasar keresahan saya terkait fenomena semakin maraknya grup karaoke instan (performer) bermunculan di iklim industri hiburan saat ini yang menurut terbatasnya pengetahuan saya, beberapa grup karaoke tidak bertangung jawab dan abai tentang performing right, royalti remix, atau bahkan sekedar tidak dilakukan “nuwun sewu” kepada pemilik lagu untuk membawakan atau me-remix karya orang lain. Yang itu bagi saya, menciderai kerja keras, ide, dan curahan materiil musisi (pencipta lagu).
Kalaupun itu bukan tanggung jawab performer dalam urusan administrasi performing right, bagi saya performer tetap harus aware dan berkewajiban memberikan edukasi kepada pihak yang bertanggung jawab (EO).
4. Orasi saya konteksnya adalah orasi untuk judul lagu kami “Contravex”. Yakni tentang tidak ada pakem atau standard dalam membuat lagu. Misal dalam pembuatan lagu tidak harus tersusun; intro, verse, bridge, pre chorus, chorus, interlude lalu kembali ke bagian mana. Bagi kami, itu bebas disusun. Namun kami tidak berbicara perihal kebebasan “membuat grup karaoke set” karena bagi saya pribadi, banyak hal yang harus didiskusikan, termasuk menyangkut penjelasan saya di poin 2 dan 3.
5. Menanggapi unggahan akun @qichterror di instastory-nya selepas acara (Minggu, 21 Juli 2024), seorang personil dari kelompok musik “Sindikat Akhir Pekan” yang menyatakan bahwa saya melakukan pelecehan terhadap kelompok musiknya serta rasis terhadap genre mereka, bagi saya terdapat kesalahpahaman. Saya tidak menyasar kelompok Sindikat Akhir Pekan sebagai kelompok karaoke set.
Saya tidak bermaksud menyinggung mereka, karena pola perform mereka yang membawakan lagu orang lain yang masih ada vokal utama dari backing track, menyalahi konsep karaoke seperti yang saya pahami dan sudah saya jelaskan di poin 2 di atas. Hemat saya, Sindikat Akhir Pekan bukanlah karaoke set yang saya maksud. Lantas kenapa qichterror merasa tersinggung dan seakan mewakili grup karaoke set lainnya, sedangkan pada hari itu tidak hanya Sindikat Akhir Pekan saja yang mengklaim mereka berkonsep karaoke set?
6. Perihal rasisme genre, karaoke set bagi saya bukan genre. Melainkan hanya sebutan konsep untuk memainkan sebuah lagu secara teknis. Saya secara personal, kurang respect dengan konsep yang disebut pada poin 2 dan 3. Penyebutan saya terkait ucapan “…sing penting gak nggawe karaoke set…” adalah ekspresi saya atas ketidaksetujuan saya pada konsep karaoke set.
7. Menanggapi statement qichterror tentang “punk kok rasis blablabla” dan juga akun @egakacong_ melalui postingannya yang menyebut “punk itu tentang persaudaraan dll”. Perlu saya sampaikan bahwa:
a) kami tidak mendeklarasikan secara eksplisit bahwa kami band punk.
b) jika dibenturkan dengan konsep punk, kami lebih tertuju pada konsep bahwa punk itu jujur. Terlepas kami dianggap rasis atau tidak memperdulikan konsep persaudaraan, itu mungkin step yang kami lupakan karna kami lebih tertuju dan fokus pada konsep bahwa punk itu jujur, dan berimbas dengan adanya berita yang sedang ramai, kami menerima sebagai konsekuensi.
c) kami mengembalikan spirit punk kepada qichterror terkait sikap dan apa yang dilakukannya saat ini.
Maaf, tanpa merendahkan profesi orang, apakah itu sudah selaras dengan spirit yang dianut?
8. Saya berharap dengan adanya tulisan ini dapat memberi jawaban bagi tuduhan-tuduhan yang dialamatkan kepada saya, serta berharap media-media seperti @musiklabss , @infokonsermusik, @localunionindonesia dan @fuss.media atau bahkan media lain tidak “menggoreng” isu ini ke arah yang lebih buruk. Selain itu, berharap media-media yang sebelumnya yang telah memuat informasi dari satu pihak, juga mengedepankan prinsip cover bothside dengan mengunggah pernyataan saya.
9. Secara mendalam, kami meminta maaf kepada teman-teman daerah lain yang turut menjadi gaduh karena berita ini.
10. Saya mengakui bahwa ada yang tidak tuntas dengan argumen yang saya utarakan di atas panggung sehingga menyakiti banyak pihak. Semoga ini menjadi dapat menjawab segala yang menjadi berita saat ini. Selebihnya, jika ada muatan media lagi kami memilih sikap untuk bertemu dan duduk bersama dengan kepala dingin untuk membicarakan hal ini.
Regards,
-ROCKABRILY / RASCALKIDS

2 pemikiran pada “Brilly Vokalis Band Rascalkids Menanggapi Tuduhan Rasis Genre”